Dalam strategi marketing konten atau content marketing, blog wajib dimiliki oleh setiap penulis atau pebisnis, baik yang udah skala paus maupun yang masih teri. Apapun tujuanmu, baik bisnis maupun personal (cari jodoh mungkin?), sebuah blog yang terurus dengan baik pasti akan berguna.
Terserah mau pakai blog gratisan (seperti Tumblr.com, Medium.com, dll.) atau berbayar (domain dan host sewa sendiri). Masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan.
Tapi, mana yang lebih direkomendasikan? Tergantung pada kelebihan apa yang kamu cari, atau kelemahan apa yang kamu hindari. Umpamanya, nih…
1. Berapa Biaya Investasinya?
Kalau blog gratis, jelas kamu nggak perlu mengeluarkan biaya investasi. Blog engine gratis menjamin kamu nggak bakal rugi sesen pun, apapun yang terjadi. Jadi urusan biaya, blog gratis jauh lebih menguntungkan.
Cuma, hati-hati, karena justru ini bisa mengurangi motivasimu. Mentang-mentang nggak keluar biaya, malah santai-santaian. Kan, biasa, tuh! Ikut seminar gratis, kursus gratis, dapat buku atau e-book gratis, apa yang terjadi berikutnya? Ilmunya mangkrak dan nggak dipraktikkan, barangkali karena kita menganggapnya “kurang berharga” (dibanding yang berbayar).
2. Sepanjang Apa Alamat Blognya?
Untuk alamat blog (URL) yang lebih ringkas dan elegan, sebaiknya pilih blog berbayar. Di blog gratis, URL-nya kayak kereta api… panjaaaaang! Contohnya, NamaPilihanmu.blogspot.com atau NamaPilihanmu.wordpress.com.
Bandingkan dengan blog berbayar: NamaPilihanmu.com. Lebih keren dan mudah dihafal, kan?
Sebenarnya, ada jalan tengah untuk Blogger atau Blogspot. Blog engine milik Google ini menyediakan host gratis untuk domain (berbayar)mu. Lumayan, bisa mengirit biaya ratusan ribu biaya hosting, dengan URL blog pendek kayak blog berbayar. Untuk bisa seperti itu, kamu perlu sedikit kemampuan teknis.
3. Apa Harus Melek IT?
Justru untuk blog gratis, kamu nggak perlu ngerti masalah teknis, karena semuanya dibuat mudah seperti menggunakan Word. Aku dulu kaget sewaktu boyongan dari blog Warung Fiksi (yang sedang kamu baca ini) ke situs web utama yang berbayar. Bingungnya, “Kok fasilitas blog berbayar malah kosong melompong gini, ya?”
Lalu temenku yang melek IT ketawa, “Ya iyalah, semuanya harus diatur sendiri, Men!”
Jangankan plugin, widget, atau templat, sekadar biar blognya tayang dan bisa diakses orang lain pun masih perlu mengatur-atur di bagian belakangnya (Cpanel). Apalagi kalau ada masalah, seperti salah instal, galat, kena retas, atau ingin nambah fitur tertentu. Wih, pusing!
Tapi jangan khawatir, kamu selalu bisa minta bantuan temanmu yang jago pemrograman atau pengaturan situs web, mencari solusinya sendiri di internet, atau minimal minta tolong ke provider tempat kamu membeli domain atau host. Lama-lama, kan, melek juga… 😉
4. Bisakah Diusir Seperti Anak Kos?
Blog yang sepenuhnya gratisan sewaktu-waktu bisa menutup layanannya, atau mengubah kebijakannya menjadi berbayar. Menolak bermigrasi atau upgrade layanan? Siap-siap aja diusir kayak anak kos yang melanggar aturan. Posisi kita sebagai pengguna lemah banget. Ya iyalah, nggak bayar apa-apa minta pelayanan prima?! Hehehe…
Tapi yang menjengkelkan, kadang kita diusir bukan karena kesalahan kita, tapi karena “ibu kosnya” yang bangkrut. Dulu, Warung Fiksi pernah punya akun di BlogDrive.com, Webs.com, dan Blog.com. Ke mana penyedia-penyedia blog gratis itu sekarang? Tinggal nama semua! Tiba-tiba aja, blognya nggak bisa diakses, apalagi dasbornya.
Apa boleh buat, kami ikhlaskan. Untung ada arsip Word-nya, sehingga setiap konten bisa kami pindah ke blog Warung Fiksi yang lain, walaupun satu per satu. Kalau nggak ada back-up manual di Word, wah, bisa lembur nulis puluhan artikel dari awal, tuh!
Ngeri, ya? Hehehe… tapi, jangan khawatir, brand-brand besar rasanya takkan segegabah itu mengecewakan pengikutnya. Beberapa orang Warung Fiksi punya blog di Blogger sejak awal berdirinya. Dan begitu login kembali setelah bertahun-tahun nggak diurus, akun-akun itu ternyata belum hangus. Kondisi blognya pun masih seperti terakhir ditinggalkan.
Memang, nggak ada jaminan perusahaan-perusahaan raksasa penyedia blog gratis nggak bakal kolaps atau menutup layanannya. Tapi, bukankah nggak ada jaminan juga bahwa perusahaan tempatmu menyewa domain dan host nggak akan bangkrut? Sama aja, sebetulnya.
Dan menurut pengamatanku, justru usia blog gratis (terutama yang ada nama besar di baliknya) jauh lebih panjang. Bahkan lebih panjang dari media sosial (medsos). Jadi kelak, setelah nyawa sudah tak dikandung badan, cucu-cicit kita akan dengan mudah mengakses “biografi” kita ini. Barangkali, mereka akan tahu pacar-pacar kita, pergantian profesi kita, perubahan opini kita, perjuangan kita sebagai penulis, dan semacamnya.
Umur kita sebagai manusia memang sewaktu-waktu bisa habis. Tetapi tidak dengan cerita kita. Melalui blog gratisan, kisah kita akan abadi, sepanjang peradaban digital masih ada.
5. Seberapa Bebas Kita Mengatur Tampilan Blog?
Kamu pasti udah bisa menduga, penampilan blog gratisan akan kelihatan pasaran dan kita nggak bisa mengutak-atiknya secara bebas. Kamu bakal sering memergoki blog yang templatnya persis dengan blogmu.
Mau tahu rasanya? Kayak jalan-jalan ke mal dan berpapasan dengan orang yang berpakaian sama. Diiih, amit-amit jabang bayi….
Sementara itu, blog berbayar lebih memudahkan kita untuk membongkar pasang, baik templatnya, plugin-nya, maupun fitur-fitur lainnya.
6. Apa Kesan Orang Saat Melihat Blogmu?
Katakanlah tampilan atau desain blog gratisan dan berbayar sama bagusnya, apa reaksi orang saat melihatnya? Pada blog berbayar, kesan orang cenderung, “Oh, ini blog yang niat, blogernya bermodal, dan tampak profesional.” Sedangkan pada blog gratis, kesannya cenderung sebaliknya.
Itu kalau dilihat dari segi desain. Tapi penilaian utama blog justru terletak di isinya, lo. Meskipun blognya gratisan, kalau digarap serius dengan artikel-artikel yang rapi, berisi, dan enak dibaca, tentu kesannya tetap keren. “Gratisan” nggak lagi identik dengan “murahan”, melainkan lebih ke “sederhana”, “merakyat”, atau “fokus pada esensi”.
Di lain sisi, sebuah blog meskipun tagihan bulananya jutaan rupiah, servernya eksklusif, kecepatan aksesnya tinggi, tapi kalau konten-kontennya ditulis secara amatir dengan isi yang nggak jelas, kesannya tetap saja ecek-ecek dan nggak layak dikunjungi.
Jadi, mana yang lebih oke, pakai blog gratisan atau blog berbayar? Semuanya oke, kok! Asal sesuai dengan karaktermu atau bisnismu, dan… terus diisi! Yang nggak oke itu, kan, blog yang isinya hanya sepuluh artikel terus nggak pernah diisi lagi.
Mudah dipahami, kan? Atau mau dijelaskan sekalian dengan video? Ashiaaaap! Tonton langsung video Warung Fiksi terkait tema “Blog Berbayar vs Blog Gratis” di bawah ini, ya…
Ping-balik: Untung-Rugi Memakai Machine Translation | WARUNG FIKSI