Adakalanya penulis diserahi tugas untuk merawat social media atau membuat iklan. So, kita yang biasa nulis semau gue seperti ketika menulis cerpen atau novel harus rela sedikit dikekang. Kok gitu?
Ya, ada aturan-aturan yang lebih ketat di sini. Coba bayangin kalau kamu keliru nulis di media sosial. Misalnya, salah satu produk AMDK yang nggak mau disebut sebagai air minum dengan kandungan mineral malah kamu sanjung-sanjung sebagai “produk air mineral yang gaul”. Konyol, bukan?
Itulah kenapa penulis profesional perlu menguasai product knowledge setiap akan menulis. Sekalipun untuk menulis hal-hal yang terasa remeh seperti tweet (kicauan di Twitter). Ini bukan pekerjaan remeh. Tweets baru dikatakan remeh kalau kamu nggak dibayar.
Tapi, kalau kamu dibayar, apalagi dengan fee mahal, ini bukan perkara remeh lagi. Kamu berkewajiban hampir sama dengan sales dan customer service produk itu: mempelajari produk sebelum bekerja. Nggak hanya untuk menghindari salah tulis, melainkan juga supaya kata-katamu efektif bagi pembaca (konsumen), dan ujung-ujungnya membantu penjualan.
Nah, gimana cara memahami produk sebagai bahan penulisan?
1. Ketahuilah Keunggulan dan Manfaat Produk
Apa kemampuan terbaik produk itu? Kenapa harganya sekian sementara kompetitornya hanya memasang bandrol separuhnya? Pastikan kamu memegang daftar fitur produk dan manfaatnya bagi pelanggan. Produkmu itu bisa aja yang terbaik di dunia. Tapi pembeli selalu sinis, “So what! Aku sibuk. Aku punya problem sendiri. Produkmu bisa nggak kasih solusi jitu buat problemku? Kalau nggak bisa, ya menyingkirlah!”
2. Cobalah Sendiri Produk Itu
Sebisa mungkin lakukan ini. Kalau harga produknya mahal, coba minta ke klien atau bosmu sample produk yang bisa kamu konsumsi secara gratisan. Alasan umumnya, kalau kamu sudah merasakan sendiri hebatnya produk itu, dijamin, kamu bisa lebih lancar menulisnya atau melayani tanya-jawab dengan khalayak soal produk itu.
3. Selalu Apdet Info tentang Ketersediaan Produk
Bayangin, target udah ngeh dengan manfaat produk dan ingin membelinya, tapi produk ternyata belum terdistribusi ke kotanya. Atau terjadi kelangkaan produk di gudang pusat. Dan kamu nggak tahu apa-apa soal kapan dan dimana pembeli seharusnya bisa mendapatkan produk itu segera.
Ayolah, lihat dari kacamata konsumen, ini menjengkelkan banget. Maka jangan salahkan kalau orang jadi males dengerin kicauanmu atau iklanmu berikutnya.
Hanya tiga itu? Ya, hanya tiga. Nggak rumit kan? Semoga tulisan ini bermanfaat. Dan, selamat menulis dalam dunia industri, brosis!